Untuk mengetahui dan mempelajari sejarah, maka yang
perlu kita ketahui adalah sesuatu yang pernah dihasilkan oleh manusia
(masyarakat) pada waktu itu. Karena kita membahas tentang komunikasi manusia
sebelum ditemukannya tulisan, maka yang kita perhatikan adalah cara-cara
manusia satu berhubungan berhubungan dengan manusia lainnya. Cara-cara itu bisa
berupa gambar, simbol, gerak tubuh, atau yang lainnya. Seperti contoh yang
terdapat dalam Perkembangan
Teori Komunikasi; Modul 2, dituliskan bahwa sejak zaman pra-sejarah
untuk memberikan peringatan bila ada bahaya, atau untuk memberitahukan
ditemukannya sesuatu yang berharga, misalnya, biasanya dilakukan dengan cara
berteriak sekuat-kuatnya untuk meningkatkan jangkauan komunikasi suara sehingga
dapat secara simultan mencapai seluruh kelompok masyarakat di suatu kawasan.
Cara
berkomunikasi melalui gambar dan patung ditunjukkan pada tahap kebudayaan
Paleolitik muda. Dalam tahap ini terbagi lagi menjadi empat periode kebudayaan
yaitu, Aurignacian, Gravettian, Solutrean, dan Magdalenia. Tahap paleolitik
muda ini diawali dengan periode Aurignacian, 34.000 sampai 30.000 tahun yang
lalu. Walaupun tidak terdapat gua-gua bergambar yang diketahu berasal pada
periode tersebut, orang-orang sudah membuat manik-manik kecil dari gading.
Mereka juga menghasilkan patung-patung manusia dan hewan yang sangat halus,
yang biasanya diukir pada gading.
Masyarakat periode Gravettian, 30.000 sampai 22.000
tahun yang lalu adalah yang pertama membuat patung lempung. Sebagian berbentuk
hewan sebagian berbentuk manusia. Lukisan gua pada masa periode ini sangat
jarang. Tetapi cetakan negatif telapak tangan telah ditemukan di beberapa gua.
Meskipun demikian inovasi Gravettian yang paling terkenal adala patung-patung perempuan
yang sering tanpa roman muka dan betis. Patung ini terbuat dari tabah liat,
gading, atau kapur, dan ditemukan di sebagian eropa.
Pada periode Solutrean baru muncul mural gua atau
gambar pada gua. Namun yang lebih menonjol adalah pahatan gambar cukil (bas relief)
yang besar, yang sering ditemukan di teras-teras keluarga.
Magdalenia, 18.000 sampai 11.000 tahun yang lalu,
merupakan periode terakhir dari tahap kebudayaan Paleolitik Muda. Dan pada
periode inilah era mural-mural gua-dalam (deep-cave painting). Sebanyak 80
persen gua bergambar ditemukan berasal dari masa ini.
Bahasa
Mengenai berlangsungnya evolusi bahasa, terjadi
perdebatan yang cukup sengit di antara ahli linguistik, antropolog, dan juga
psikolog. Terdapat dua pandangan mengenai sumber evolusi bahasa. Yang pertama,
melihat bahasa sebagai ciri unik manusia, kemampuan yang timbul akibat
sampingan otak manusia yang semakin membesar. Dalam hal ini, bahasa dianggap
baru muncul dalam tempo singkat baru-baru ini, ketika ambang kognitif terlampaui.
Pandangan kedua
menegaskan, bahasa lisan berevolusi lewat seleksi alam atas beragam kemampuan
pada leluhur bukan manusia, tetapi tidak terbatas pada komunikasi. Inti dari
pandangan kedua ini adalah bahwa perkembangan anatomi manusia purba sangat
berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa lisan.
Terlepas dari fakta pertentangan mengenai
berlangsungnya evolusi bahasa tersebut, Richard Leakey dalam bukunya Asal-usul Manusia
berependapat bahwa:
“ kemampuan berbahasa
tidak muncul sekaligus sehingga kita bertanya-tanya keunggulan apakah yang
diberikan bahasa yang belum berkembang kepada leluhur kita. Jawaban yang
mencolok adalah bahwa bahasa semacam itu memberi cara berkomunikasi yang
efisien. Kemampuan Ini tentunya akan bemanfaat bagi leluhur kita ketika mereka
mulai menjalani hidup berburu dan mengumpul yang masih awal, yang merupakan
cara subsisten yang menantang dibandingkan yang dilakukan kera. Ketika
kebutuhan hidup leluhur kita semakin pelik, kebutuhan koordinasi sosial dan
ekonomi pun semakin meningkat. Komunikasi efektif semakin lama akan semakin
berharga dalam keadaan yang seperti itu. Itulah sebebnya seleksi alam lama
kelamaan akan meningkatkan kecakapan bahasa. Akibatnya, perbendaharaan pokok
bunyi-bunyian monyet purba – mungkin serupa dengan suara
engahan, lengkingan, dan geraman kera modern – akan semakin
berpola.”
Perkakas
Pembuatan dan penggunaan perkakas
merupakan bukti paling nyata mengenai cara hidup manusia purba. Manusia mulai
membuat perkakas tajam 2,5 juta tahun yang lalu dengan cara menumbukkan dua
buah batu satu sama lain, maka mulailah rangkaian kegiatan teknologis yang
menandai pra-sejarah manusia.
Perkakas pertama adalah serpih (flake)
kecil, dibuat dengan menumbukkan dua bongkah batu, biasanya batu kali.
Panjangnya sekitar satu inchi (2,5 cm) dan sangat tajam. Serpih ini ditemukan
oleh peneliti Lawrence Keeley dari Universty of Illinois dan Nicolas
Toth dari Indiana
University pada perkemahan yang berumur 1,5 juta tahun di timur
Danau Turkana, dengan maksud mengetahui penggunaannya.
Perakitan perkakas batu (stone-tool assemblages)
tertua yang telah ditemukan berasal dari masa 2,5 juta tahun silam. Perakitan
itu mencakup serpih batu, perkakas lebih besar seperti pemotong, penggaruk dan
batu besi bersisi banyak.
Analisis
Mengenai perkembangan teknologi
komunikasi sebelum ada tulisan pada sangat tergantung dari kondisi sosio
historisnya. Seperti pada mural gua (cave painting), banyak ilmuwan
prasejarah yang menafsirkan gambar-gambar dan simbol-simbol yang tertera pada
dinding gua. Penafsiran tersebut dimaksudkan untuk membaca, mengetahui, dan
mempelajari arah perkembangan kebudayaan dan teknologi komunikasi pada masa
itu. Namun seiring dengan tujuan yang luhur tersebut, terdapat perbedaan
pendapat mengenai penafsiran simbol-simbol itu. Seperti kata arkeolog Afrika
Selatan David Lewis-William tentang seni prasejarah. “ Meaning is always
culturally bound” (Makna senantiasa berbeda-beda menurut budaya).
Dalam menafsirkan satu kesatuan hidup, zaman
Paleolitik Muda misalnya, tidak bisa dinilai atau ditafsirkan hanya dari salah
satu produk budaya. Misalnya kita menilai kebudayan pada tahap Paleolitik Muda
hanya dari mural gua atau gambar-gambar yang terdapat pada dinding gua. Kita
tidak dapat menggali makna yang terkandung hanya dari mural gua (cave painting).
Kemudian mengenai bahasa dan evolusinya. Walaupun
terjadi perdebatan mengenai keberlangsungan evolusi bahasa, namun terdapat
benang merah bahwa bahasa merupakan suatu titik yang menentukan dalam
pra-sejarah manusia. Berbekal bahasa, manusia dapat menciptakan berbegai dunia
jenis baru di alam: dunia kesadaran yang mawas diri (introspective
consciousness) dan dunia yang kita ciptakan dan nikmati bersama
orang lain, yang kita sebut budaya. Perkembangan bahasa selalu diawali dengan
perkembangan anatomi tubuh (ukuran otak) manusia purba, karena struktur otak
berpengaruh terhadap bahasa lisan yang digunakan. Gagasan perintis Holloway
yang akhirnya menghasilkan hipotesa kecerdasan sosial (social intelligence
hypothesis), dikembangkan oleh Robin Dunbar, primatolog di University College, London:
“ [Teori] yang lebih konvensional berpendapat bahwa
[primata] memerlukan otak yang besar untuk membantunya hidup di dunia yang
kompleks, seperti menemukan jalan hidup dan mencari makan. Teori alternative
mengatakan bahwa dunia sosial yang kompleks itulah, di mana primata-primata itu
hidup, yang menjadi faktor pemicu munculnya evolusi otak besar”
Perkakas yang diciptakan manusia purba merupakan
hasil kebudayaan sebelum tulisan. Dari jenis perkakas yang diciptakan dapat
dipelajari tingkat kompleksitas hidup pada saat itu. Semakin halus perkakas
yang diciptakan maka intelektualitas manusia purba juga semakin tinggi. Semakin
kompleks pola hidup maka dibutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi yang paling
efisien. Kemampuan membuat perkakas merupakan petunjuk bahwa kemampuan
berbahasa sudah mulai berkembang. Setelah manusia purba dapat membuat perkakas,
maka diyakini timbul pembagian kerja di antara mereka yang secara otomatis
menunjukkan bahwa mereka berkomunikasi lewat bahasa untuk mengatur pembagian
kerja tersebut.
Yang jelas dibutuhkan waktu lama (evolusi) untuk
berkembangnya pola hidup manusia purba yang satu dengan lainnya. Baru setelah
lahir kebudayaan, dalam hal ini kemampuan berkomunikasi dan mencatat bahasa
lisan, maka perkembangan sejarah umat manusia berjalan lebih progresif
dibandingkan zaman pra-sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar